CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

Minggu, 02 Maret 2014

Punya Pacar Bungsu, Jangan Panik!

Sebenarnya untuk urusan cinta, kita nggak perlu memikirkan apakah pacar anak sulung, tengah atau bungsu. Tapi ternyata, urutan kelahiran di keluarga ini juga bisa berpengaruh, lho dalam hubungan kita dan pacar. Kali ini kita bahas nggak enaknya punya pacar anak bungsu di keluarga dan cara mengatasinya.


Masalah utama si pacar bungsu:

Manja. 

Yap, ini dia yang paling sering muncul dalam sikap si anak bungsu. Karena banyak yang menjaga dan memperhatikan dia, akhirnya pacar pun jadi manja. Sifatnya ini bisa kebawa dalam pacaran kita. Jadi, siap-siap aja menghadapi tingkahnya yang seperti anak kecil.


How to deal:

  • Boleh saja sih kita ikut memanjakan pacar. Tapi, pastikan dia juga sadar bahwa kita bukanlah mamanya yang harus mengurus dia setiap saat. Dalam hubungan harus ada take and give yang adil. Jadi sebaliknya, kita pun boleh bermanja-manja sama dia
  • Ketika sikap egoisnya keluar, kita nggak perlu ngambek atau marah-marah. Hadapi saja dengan tenang. Anggap saja pacar bagaikan anak balita yang sedang bête. Jadi, kita harus bersikap dewasa untuk menghadapinya.

Banyak penjaganya.
Mulai dari ortu, para kakak sampai ke om dan tante hingga sepupunya sang pacar pun pengin tau sama kita. Wajar, soalnya pacar adalah anak bungsu kesayangan seluruh keluarga. Alhasil, para “penjaga” si pacar ini benar-benar memperhatikan apakah kita cukup baik untuk mendampingi pacar?


How to deal:

  • Ketika kita diajak untuk ketemu dengan keluarganya saat ada acara keluarga, nggak usah panik. Pastikan saja kita bersikap sopan dan apa adanya. Kalau kita yakin bahwa kita cukup baik dan pantas bersanding dengan pacar, tentu saja keluarga pacar akan berpendapat hal yang sama.
  • Cobalah berteman dengan saudara-saudara si pacar. Karena kalau kita bisa dekat dengan mereka, mungkin saja kita pun akan dianggap adik sendiri oleh kakak-kakak pacar. Siapa tahu kita pun juga ikutan dimanjain sama mereka.

Hapus Status Anak Kecil


Saat mau melakukan sesuatu sendirian, seperti berangkat kuliah, mau hang out sama teman di mall sampai mengurus diri sendiri pun kita masih diawasi sama orangtua dan saudara kita. Intinya, kita masih diperlakukan bagaikan anak balita di keluarga, meskipun usia kita sudah bertambah. Sebelum menjadi kebiasaan yang bikin kita jadi manja, sebaiknya mulai “protes”.


Wake up!
Pertama-tama kita harus sadari dulu, apakah kita masih bertingkah seperti anak kecil? Mungkin saja keluarga selalu menganggap kita seperti anak kecil karena memang kelakuan kita yang nggak pernah dewasa. Jika memang begitu, berarti kita harus mulai bertekad untuk mengubah sikap ini.


Tunjukin ke orang tua
Cara paling ampuh untuk menghilangkan cap anak kecil adalah membuktikan kedewasaan kita. Misalnya, tunjukkan ke keluarga kalau kita bisa dipercaya pergi sendirian ke kampus atau main dengan teman. Jaga kepercayaan ortu dengan tidak melanggar aturan mereka sehingga rasa was-was mereka pun berkurang.


Bicarain baik-baik.
Selain itu coba deh, ngobrol sama ortu kalau sudah saatnya mereka mulai memperlakukan kita sesuai umur kita. Utarakan maksud kita ini secara baik dan jelas, sehingga ortu pun bisa melihat bahwa kita memang sudah pantas dianggap anak besar .


Cari orang ketiga.
Kalau cara-cara di atas nggak mempan juga untuk melepaskan status “bayi dalam keluarga” di diri kita. Mungkin bisa dicoba untuk mencari orang ketiga, misalnya kakak, untuk bicara sama ortu. Orang ketiga ini juga bisa jadi saksi kita untuk memperlihatkan ke ortu kalau kita memang sudah besar, lho.